JUMPER
Title : Jumper
Film Company : Twentieth Century Fox
Running Time : 120 minutes
Cast : Hayden Christensen, Jamie Bell, Samuel L. Jackson, Rachel Bilson, Michael Rooker, Diane Lane
Screenplay by : David. S. Goyer, Jim Uhls, Simon Kinberg
Director : Doug Liman
Producer : Arnon Milchan, Lucas Foster, Jay Sanders, Simon Kinberg
Director of Photography : Barry Peterson
Production Designer : Oliver Scholl
Visual Effects Supervisors : Joel Hynek, Kevin Elam, John Powell
Visual Effects Producer : Ellen M. Sommers
Costume Designer : Magali Guidasci
Film Editor : Saar Klein, Don Zimmerman, Dean Zimmerman
Casting By : Joseph Middleton
Music By : John Powell
Film Distibutor : Twentieth Century Fox
Production Notes :
Jumper memang sebuah film yang menegangkan dan imajinatif. Menurut Simon Kinberg, co-writer dan producer film Jumper, “Film ini aslinya bercerita tentang seseorang yang secara tidak sengaja menjadi pahlawan dan mulai berpikir apa yang terjadi jika ia menggunakan kekuatannya untuk menolong orang yang berada dalam bahaya,” sebut Kinberg. Bersama dengan sutradara Doug Liman dan produser Lucas Foster, Kinberg menghabiskan bertahun-tahun untuk mengembangkan naskah film dan juga cerita tentang mitologi dan latar dari film petualangan epik tentang anak muda yang mencoba untuk menjalani kehidupannya yang fantastis dan penuh tantangan karena kemampuannya untuk berpindah tempat manapun di dunia dalam waktu singkat.
Sutradara Doug Liman sendiri percaya bahwa jalan cerita Jumper sangat potensial dan dirinya bisa memasukkan gaya bercerita yang berbeda yaitu dengan memberikan twist (kejutan) hyper-modern di dalam film ini. “Kita sudah sering melihat berbagai versi cerita superhero sejak seabad lalu. Namun di Jumper, superhero-nya akan sangat fresh dan modern,”sebutnya. Hal itu rupanya menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Doug Liman.
Cerita Jumper dimulai dari novel sci-fi karya Steven Gould yang bercerita tentang duo anak muda Jumper dan Reflex yang memperkenalkan tokoh David Rice. David Rice adalah anak muda bermasalah yang memunyai kemampuan teleporting alias berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya, demi melarikan diri dari masalahnya di sebuah tempat dan masa sebelumnya. Setelah banyak mendapat pujian dari kritikus dan pembaca Steven Gould mulai mengembangkan terus cerita tersebut hingga akhirnya novel tersebut dibaca oleh eksekutif produser Vince Gerardis dan Ralph M Vicinanza. Keduanya langsung sepakat bahwa Novel Gould memunyai potensi petualangan sinematik yang besar.
Setelah itu, screenwriter David Goyer kemudian bergabung dan membuat draft cerita Jumper. Goyer sudah memunyai pengalaman menggarap scenario film-film action-thriller seperti Blade dan Batman Begins. Goyer tidak hanya mengadaptasi cerita Gould tapi juga mengembangkannya dengan membuat satu lagi karakter bernama Griffin, seorang Jumper yang misterius dan sudah sering melompat-lompat dari satu masa ke masa lain maupun dari satu tempat ke tempat lain sejak kecil. Goyer juga tidak hanya membuat sebuah cerita yang terfokus pada kehebatan dan kebaikan para tokoh supernya. Ia juga membuat sebuah karakter yang kompleks dengan menunjukkan kerapuhan tokoh-tokohnya dalam menghadapi godaan dunia untuk menyalahgunakan superpowernya.
Setelah cerita dari Gould, Goyer dan penulis ketiga, Jim Uhls dimulai, Liman, Kinberg dan Foster memulai untuk menciptakan sebuah latar palsu yang berhubungan dengan mitos, ataupun hal-hal yang memungkinkan latar Jumper ini terjadi. Tim Jumper meriset sejumlah kepercayaan tentang teleporting dari hal mistik sampai hal yang ilmiah. Mereka banyak berdiskusi dengan psikiatris tentang kemungkinan mekanisme teleporting ini. Hal ini dibutuhkan untuk menjadi landasan cerita menjadi seperti nyata. Bahkan mereka juga meriset budaya yang berhubungan dengan religi. Seperti yang sudah diketahui kaum sufi dan Hindu juga memercayai adanya fenomena teleporting sejak ratusan tahun lalu.
Untuk membuat dasar yang kuat dari cerita epik yang memunyai mekanisme yang kompleks, tim Jumper membuat 2 peraturan dasar :
- Seorang jumper bisa melompat ke tempat yang sedang dilihatnya dan,
- Seorang jumper bisa melompat ke tempat manapun yang telah dilihat sebelumnya, meskipun hanya melalui foto sepanjang dirinya memunyai memori visual yang kuat.
Pemeran David Rice, para filmmaker sepakat untuk memilih Hayden Christensen sebagai pemain utama. Doug Liman juga menyetujui pemilihan tersebut. Menurutnya, Christensen adalah aktir yang pas memerankan karakter David Rice. Christensen dianggap secara fisik dan emosional mampu masuk ke dalam karakter Rice yang terisolasi dengan kemampuannya ber-teleporting.
Sementara karakter Griffin jatuh pada actor muda Jamie Bell yang pernah sukses membintangi sebuah film Indie berjudul Billy Elliot. Griffin adalah poeran kunci yang membawa David Rice mengalami pengalaman tak terduga. Griffin pula yang membawa David Rice mengetahui mitologi kekuatan super powernya ber-teleporting. Karakter Griffin sendiri memunyai cerita tersendiri. Griffin punya sejarah kehilangan orang-orang yang dicintainya sehingga membuatnya menjadi seseorang yang penuh dengan dendam dan memunyai hubungan yang mendalam dengan David Rice. Griffin juga memunyai jiwa yang memberontak ketimbang David Rice.
Rachel Bilson memerankan cewek bernama Millie Harris yang ditaksir oleh david Rice sejak usia belia. David memimpikan untuk keliling dunia bersama dengan Millie dan hal itu terwujud dengan adanya kemampuan teleporting David Rice. Sejumlah actor senior juga mendukung film ini. Ibunda David Rice yang meninggalkan David di usia 5 tahun diperankan oleh aktris nominator Academy Award, Diane Lane. Sementara tokoh antagonis yang diperankan dengan pas oleh Samuel L. Jackson. Samuel memerankan kepala sebuah organisasi pemusnah Jumper bernama The Paladins.
Efek visual sangat berperan besar dalam pembuatan film Jumper ini. Tim Jumper mengajak Joel Hynek yang memenangkan Oscar lewat film What Dreams May Come dan menggarap efek cutting-edge di film The Matrix. Kevin Elam sebagai produser visual effects juga ikut menggarapnya. Elam menciptakan shot-shot efek visual dan esensi visual Jumper. Bagi Doug Liman, tantangan utama membesut film ini adalah menyampur efek cutting-edge dengan shot-shot real yang menggunakan teknik hand-held photographic realism. Makanya, tidak hanya reputasi Liman saja yang dipertaruhkan, reputasi Joel Hynek lah yang paling disorot. Hynek mesti mix dan match berbagai macam teknologi untuk menciptakan efek keren di film yang mengambil lokasi di berbagai tempat di dunia seperti Amerika, Perancis, Mesir, Italia, Kanada, Jepang, bahkan sampai Republik Ceko.
Sinopsis
Dari New York ke Tokyo, dari Roma ke Gurun Sahara bisa dijelajahi oleh david Rice dalam waktu singkat. Rice lahir berkembang dengan kekuatan yang diimpikan oleh banyak orang. David Rice adalah seseorang yang mampu berpindah dari satu tempat ke kota lain, gedung lain bahkan negara lain yang diinginkannya. Singkatnya, ia bisa berpindah ke lokasi manapun yang diinginkannya. Dalam waktu sesingkat kedipan mata, David Rice menikmati matahari terbenam di berbagai negara, sarapan pagi di atas patung Sphinx Mesir, melewatkan hari dengan surfing di Australia, makan malam di Paris, dan menikmati negara Jepang dalam waktu singkat. Ia bisa melewati dinding dan membobol bank tanpa kesulitan. David menggunakan kekuatan supernya untuk bersenang-senang, sampai suatu saat ia bertemu dengan seseorang seperti dirinya bernama Griffin. Ia pun akhirnya mengetahui bahwa dirinya bukanlah satu-satunya orang yang secara genetis memunyai penyimpangan alias anomaly. Orang-orang seperti dirinya dijuluki jumper yang keberadaannya tidak lagi aman. Sebuah organisasi rahasia bersumpah akan menghabisis para jumper karena dianggap membahayakan keselamatan umat manusia. David mulai tersadar bahwa kekuatan supernya justru bisa berguna bagi kemanusiaan.
Cast
Hayden Christensen
Terkenal lewat perannya sebagai Anakin Skywalker di film blockbuster Star Wars. Christensen juga terkenal mendapatkan kritik dan pujian lewat aktingnya di film drama garapan Irwin Winkler berjudul Life as a House. Di film ini, ia mendapat nominasi di Golden Globe dan Screen Actors Guild Award. Ia juga mendapatkan penghargaan dari National Board of Review untuk kategori best Breakthrough Performance. Sejumlah film Hayden antara lain film thriller Awake, Factory Girl, the Virgin Suicides besutan Sofia Copolla, All I Wanna Do, dan In The Mouth of Madness. Hayden Christensen juga membintangi sekaligus memroduksi film pertamanya berjudul Shattered Glass dengan rumah produksi miliknya Christensen’s Production Company.
Jamie Bell
Melalui aktingnya di film Billy Elliot, Jamie Bell diganjar Best Actor Award di BAFTAS dan the Best New Comer Award dari British Independent Film Awards. Penampilannya yang juga menunjukkan kualitas keaktorannya adalah saat membintangi film Flags of Our Father garapan Clint Eastwood. Jamie Bell juga beruntung bisa bekerjasama dengan sejumlah nama besar seperti Peter Jackson lewat film King Kong, Thoms Vinterberg di film Dear Wendy, David Gordon Green di film Undertow serta main di film Chumbscrubber bersama-sama dengan Ralph Fiennes dan Douglas McGrath. Baru-baru ini, Bell membintangi film Hallam Foe yang premiernya diputar di Berlin Film Festival, dan membuka Edinburgh Festival tahun ini. Jamie Bell kini sedang terlibat proyek film baru berjudul Defiance bersama-sama dengan Daniel Craig dan Live Schreiber.
Samuel L Jackson
Nama Samuel L Jackson berada dalam deretan terhormat actor Hollywood. Ia dikenal sebagai actor berkulaitas dan pekerja keras. Aktingnya juga sudah teruji dengan banyaknya penghargaan yang diperolehnya dari berbagai penghargaan di luar negeri. Ia memenangkan Best Supporting Actor di Festival Film Cannes 1991 melalui film Jungle Fever, Silver Bear Award 1998 di Berlin Film festival di film Jackie Brown, menerima 3 nominasi Golden Globe melalui film Pulp Fiction, A Time to Kill dan Jackie Brown. Di Tahun 2005, Jackson memenangkan penghargaan dari NAACP Image Award di film Coach Carter. Kini Jackson juga sibuk dengan penggarapan film Man That Rocks the Cradle yang dibintangi dan diproduserinya sendiri.
Filmmaker :
Doug Liman (sutradara)
Film-film Liman cukup mendapat sorotan. Film yang telah dibesutnya antara lain Swingers, Go, The Bourne Identity dan yang terakhir, Mr & Mrs. Smith. Liman mencatat sejarah dengan membuat film berbujet mini Swingers hanya dengan biaya 200 ribu dollar. Karirnya sebagai sutradara film layar lebar melalui karyanya membuat iklan-iklan seperti playstation, Levi’s dan Nike. Iklan Nike versi Tiger Wood ini mendapatkan penghargaan Palm D‘Or di Cannes. Di pertelevisian, Liman sempat menyutradarai The OC. Pada tahun 1997, Liman sempat menerima penghargaan MTV Movie Award sebagai Best New Filmmaker. Doug Liman menyelesaikan pendidikan formalnya pada tahun 1988 dengan title Bachelor of Arts dari Brown University. Ia kemudian meneruskan pendidikannya ke graduate program of the School of Cinema and Television di University of Southern California dan menyutradarai film comedy thriller berjudul Getting In.
Sumber : United International Pictures
CLOVERFIELD
Title : Cloverfield
Film Company : Paramount Pictures
Running Time : 85 minutes
Cast : Michael Stahl-David, Mike Vogel, Odette Yustman, Lizzy Caplan, Jessica Lucas, T.J Miller
Written by : Drew Goddard
Directed by : Matt Reeves
Producer : JJ Abrams, Bryan Burk,
Cinematography by : Michael Bonvillain
Production Design by : Martin Whist
Set Decoration by : Robert Greenfield
Art Director : Doug J Meerdink
Costume Designer : Ellen Mirojnik
Film Editor : Kevin Stitt
Casting By : Alyssa Weisberg
Film Distributor : United International Pictures (Indonesia)
Production Notes :
“We live in a time of great fear. Having a movie that is about something as outlandish as a massive creature attacking your city allows people to process and experience that fear in a way that is incredibly entertaining and incredibly safe. I want to have that experience myself – to go to a movie that’s about something larger than life and hyper real, and ‘Cloverfield’ certainly is.” – J.J. Abrams, Producer, “Cloverfield”
Cerita Cloverfield ini mulai digarap pada bulan Juni 2006 pada saat produser JJ Abrams sedang berada di Jepang menghadiri promo tur film Mission Impossible III. Bersama putranya, Henry, Abrams berhenti di depan sebuah toko mainan di Jepang dan tertarik melihat mainan Godzilla. “Saya seperti tersambar petir saat melihat mainan yang kuat secara budaya, dan tidak kami miliki di Amerika,” ucapnya. Segera saja Abrams memunyai ide untuk membuat sebuah film yang ada monsternya, walaupun ia mahfum bahwa ceritanya akan berbeda dengan film-film Godzilla yang sudah digarap berbagai versi. “Saya berpikir, bagaimana kalau kita melihat monster yang besar banget melalui pengamatan seseorang yang ukurannya sangat kecil dibandingkan dengan si monster. Jadi sudut pandangnya bukan dari mata sutradara atau Tuhan,” ucap Abrams. Ia segera mengontak rekan kerjanya penulis scenario serial Alias dan Lost, Drew Goddard, dan memintanya untuk dibuatkan skrip. Seminggu kemudian Abrams mendatangi Goddard dengan 5 halaman treatment film yang kemudian dikembangkan Goddard menjadi 58 halaman outline cerita pada libur Natal 2006. Menurut Abrams, ide film ini adalah perpaduan antara film Cameron Crowe, Godzilla dan Blair Witch Project. Konsep ide ini kemudian langsung diberi lampu hijau oleh pihak Paramount Pictures. Abrams pun langsung mengumpulkan orang-orang dan kru untuk menggarap film ini.
Bersama dengan Bryan Burk, Abrams mulai mencari sutradara yang cocok untuk membesut film ini. Nama Matt Reeves kemudian terpilih. Abrams dan Reeves sudah berteman dan bermitra sejak masih kecil. Mereka berteman sejak berusia 13 tahun dan bersama-sama menggarap film untuk sebuah festival film bernama 8mm film festival. Keduanya mendapat sukses sewaktu menggarap serial Felicity yang menjadi hit pada tahun 1998 dan terus bermitra sejak itu. Awalnya ada keraguan memasang nama Reeves untuk duduk sebagai sutradara mengingat dirinya sama sekali tidak memunyai pengalaman menggarap film yang penuh dengan efek visual, namun Abrams yakin bahwa Reeves adalah orang yang tepat. “Ia (Reeves) selalu detil pada karakter. Dan saya tahu bahwa dia akan membuat kita merasakannya,” ucap Abrams memberi alasan.
Reeves sendiri kemudian merasa tertantang karena idenya ia harus membuat sebuah film tentang sesuatu yang berskala besar terjadi namun terekam pada level yang sangat pribadi. Reeves juga harus mencari cara untuk membuat sesuatu yang hebat dan hampir absurd terjadi namun terasa sangat nyata. Melalui konsep orisinil Abrams, Reeves kemudian membuat film ini menjadi sebuah film yang bercerita tentang serbuan sebuah monster ganas di kota New York namun dilihat dari handycam tokoh Hud (TJ Miller).
Reeves juga menggunakan 2 sudut pandang dalam menceritakan adegan-adegan dalam film ini. Selain sudut pandang handycam tokoh Hud, ia juga bolak-balik menggunakan sudut pandang sutradara. Hal ini akan menambah sisi dramatisnya.Menurut Reeves, dengan memberikan interlude dramatis sangatlah penting. Tanpa hal itu, penonton nantinya hanya seperti menonton sebuah video game belaka. Hasilnya, adrenalin penonton akan terasa seperti menaiki roller coaster. Apalagi teknik pengambilan gambar melalui pergerakan kamera yang gila-gilaan alias frenetic camera movement yang memang sudah diperhitungkan. Kualitas penguasaan teknik dan trik kamera ini menambah terror dan ketegangan dalam setiap scenenya.
Sinopsis :
Cerita bermula pada sebuah malam pesta perpisahan atas keberangkatan Rob (Michael Stahl-David) menuju Jepang. Rob melihat bahwa pesta tersebut merupakan sebuah kesempatan baginya untuk menyelesaikan sebuah masalah yang berhubungan dengan perasaannya. Ia hendak menyelesaikannya hingga tuntas. Namun ternyata niatnya belum kesampaian karena tiba-tiba sebuah peristiwa yang mengagetkan terjadi. Kota new York seperti terkena gempa mahadahsyat. Semua orang dalam pesta tersebut pun terdiam dan fokus pada berita di TV. Tiba-tiba ruangan pesta yang indah tersebut seperti hendak runtuh dan bola-bola api bersemburan dari langit. Kepanikan orang-orang karena listrik yang mati menambah kekacauan kota dan menyebabkan chaos. Semua orang berlarian menyelamatkan diri ke jalan-jalan kota New York Di tengah-tengah teriakan dan raungan manusia yang panic dan ketakutan, Rob dan temannya harus menyaksikan kehancuran yang terjadi di kota tersebut. Kota New York sudah dikuasai oleh sesuatu yang menakutkan bagai monster. Patung Liberty yang menjadi symbol supremasi Amerika pun ikut hancur oleh mahluk menakutkan ini… yang berada dalam kegelapan.
Cast :
Lizzy Caplan (Marlena)
Pengalaman aktingnya dimulai pada film Mean Girls. Setelah itu, Lizzy kemudian didapuk untuk membintangi film Crossing Over bersama Harrison Ford, Sean Penn dan Ray Liotta. Lizzy saat ini juga tengah membintangi film Bachelor No. 2 bersama kate Hudson, Alec Baldwin dan Dane Cook. Sejumlah film indie pun juga pernah dijajalnya seperti Love is the drug, dan Crashing. Lizzy juga seorang bintang TV. Tahun lalu ia membintangi serial The Class.
Jessica Lucas (Lily)
Bintang TV serial CSI ini telah berakting sejak usianya masih 7 tahun. Ia membangun karir aktingnya melalui Children’s Theatre Arts dan tergabung dalam produksi lokal. Jessica yang asal Vancouver Kanada ini juga membintangi serial TV ABC berjudul Life As We Know it. Di layar lebar, Jessica pernah main dalam film She’s the Man, dan The Covenant. Karena kesibukannya, ia pun harus membagi waktu bolak-balik Vancouver-Los Angeles.
TJ Miller (Hud)
Terlibat dalam sitkom TV Carpoolers. Miller adalah comedian dan banyak tampil dalam sketsa komedi dengan grupnya Heavy Weight. Berasal dari Denver, Colorado, ia tampil di panggung komedi selama 4 tahun sebelum pindah ke Chicago. Kini ia telah tampil di panggung-panggung komedi di Chicago dan New York. Miller mempelajari classical acting di B.A.D.A di Oxford, Inggris dan Circus Arts di Frichess Theatre Urbain.
Michael Stahl-David (Rob)
Lahir di Chicago. Lulusan jurusan seni theatre dari Columbia College di Chicago dan mengejar karir professional teaternya di panggung-panggung yang sangat prestis seperti Steppenwolf Theatre dan Goodman Theatre. Stahl-David pindah ke New York Papermill Playhouse untuk produksi The Diary of Anne Frank. Ia juga membintangi serial The Black Donnellys. Belum lama ini ia baru saja menyelesaikan proyek film indie The Project dan main dalam lakon teater The Overwhelming. pada tahun 2005 karena mendapat proyek
Mike Vogel (Jason)
Nama Mike Vogel cepat menjadi salah satu actor yang diperhitungkan di Hollywood. Mike bermain dalam film The Deaths of Ian Stone besutan Dario Piana. Belum lama ini ia baru menyelesaikan sebuah film horror bersama Eliza Dushku berjudul Open Graves. Di tahun 2006, Mike membintangi dua film berkualitas yaitu Poseidondisutradarai oleh Wolfgang Petersen dan film komedi Rumor Has It… bareng Jennifer Aniston dan disutradarai oleh Rob Reiner. Mike juga lagi-lagi akan mendukung sebuah film komedi Inggris berjudul Caffeine. Film Mike Vogel lainnya antara lain berjudul Supercross dan The Sisterhood of the Traveling Pants. Ia juga mendapatkan perhatian khusus dari kritikus film melalui penampilan pertamanya di film adaptasi musical Wuthering Heights dan pada tahun 2003, ia bersama Jessica Biel membintangi film Texas Chainsaw Massacre. Di layar kaca, acting Mike Vogel bisa dilihat dalam sebuah serial yang menjadi hit berjudul Grounded for Life.
Odette Yustman (Beth)
Karir aktingnya berasal dari srama seri October Road yang dibintanginya bersama Bryan Greenberg dan Laura Prepon. Baru-baru ini ia terlihat dalam film komedi romantis besutan Nancy Meyers berjudul The Holiday dan film Transformers milik Michael Bay. Meski begitu ia memulainya dari film Kindergarten Cop. Yusman sangat menyukai sport, fashion dan merawat anjing kesayangannya. Saat ini ia tinggal di Los Angeles.
THE FILMMAKERS :
Matt Reeves (Director)
Kepiawaiannya menyutradarai muncul saat ia menjadi salah satu penggarap serial televise yang populer Felicity yang mulai diputar pada tahun 1998. Di serial tersebut, ia duduk sebagai eksekutif produser dan juga sutradara. Di serial itulah ia bekerjasama dengan penulis/sutradara/produser dengan JJ Abrams dan melanjutkan pertemanan mereka dengan proyek Cloverfield. Debut Matt Reeves dalam penyutradaraan dimulai pada tahun 1996, saat menggarap film Pallbearer yang dibintangi Gwyneth Paltrow, David Schwimmer dan Barbara Hershey. Ia mengembangkan naskah film tersebut bersama co-writer Jason Katims dan memeroleh penghargaan di Sundance Institute milik Robert Redford. Pada tahun 1999, ia menulis dan menjadi co-sutradara film The Yards yang disutradarai James Gray dan dibintangi oleh sejumlah actor papan atas seperti Mark Wahlberg, Joaquin Phoenix dan Charlize Theron.
Reeves mendapatkan perhatian khusus di industri film setelah memenangkan penghargaan untuk mahasiswa saat membuat film pendek Mr. Petrified Forrest yang diproduseri Bryan Burk setelah ia menyelesaikan pendidikan dari sekolah film di USC. Ia pun memulai karirnya pada tahun 1995, dan menawarkan naskah film yang pernah dibuatnya saat mahasiswa dan menjadi film Under Siege 2: Dark Territory.
Di layar kaca, karyanya bukan hanya Felicity. Ia juga membesut Gideon’s Crossing dan MiraclesConviction, Homicide: Life on the Street dan Relativity untuk stasiun TV NBC. Proyek ke depannya adalah menulis dan menyutradarai film independent bergenre drama thriller The Invisible Woman bersama dengan Abrams yang duduk di kursi produser. Reeves kini tinggal di Los Angeles bersama pacarnya. untuk stasiun TV ABC, serta
Drew Goddard (Penulis Naskah)
Memulai karir penulisan naskahnya untuk serial yang jadi hit Buffy the Vampire Slayer. Sebagai co-writer, ia menulis banyak sekali naskah termasuk episode Conversations with Dead People Award pada tahun 2003. Sejak itu lah Drew dipercaya untuk menulis serial Angel dan Alias. Saat ini, ia menjadi co-executive producer untuk serial drama Lost yang memenangkan Emmy Award. Film Cloverfield merupakan karya pertamanya untuk layar lebar. yang membuatnya memenangkan Hugo
J.J. Abrams (Producer) Lahir di New York dan besar di Los Angeles. Abrams sempat menuntut ilmu di Sarah Lawrence College dan disana, ia mulai menulis formula treatment untuk film layar lebar yang lalu dibeli oleh Touchstone Pictures. Treatment tersebut adalah dasar pembuatan film Taking Care of Business, film yang diproduksi Abrams pertama kali dan dibintangi oleh Charles Grodin dan Jim Belushi. Ia kemudian meneruskan dengan membuat Regarding Henry dibintangi Harrison Ford serta Forever Young yang dibintangi Mel Gibson. Abrams lalu berkolaborasi dengan producer Jerry Bruckheimer dan sutradara Michael Bay untuk menggarap film block buster Armageddon di tahun 1998. Pada tahun 2001, ia menjadi co-wrote dan memroduksi film Joy Ride.Tahun 1998, Abrams membuat debut karir di dunia TV dengan Felicity yang diputar selama 4 musim di Warner Brothers. Di situ, ia ,menjadi co-creator dan executive producer bersama dengan Matt Reeves. Dibawah rumah produksi miliknya, Bad Robot Abrams menjadi creator dan executive producer untuk serial Alias dan menjadi co-creator dengan Damon Lindelof. Sebagai executive producer serial Lost pada tahun 2005, ia menerima Emmy Award sebagai Outstanding Directing in a Drama Series dan Outstanding Drama Series. Ia juga menjadi nominator untuk skrip awal Alias dan Lost. Abrams kemudian memenangkan Golden Globe Award for Outstanding Drama Series untuk Lost. Selain itu ia juga menggarap komposisi theme song untuk ketiga serial TVnya tersebut. Pada bulai Mei 2006, Abrams menyutradarai film layar lebar pertamanya Mission: Impossible III yang dibintangi Tom Cruise. Saat ini, ia menyutradarai film Star Trek. Abrams dan istrinya memunyai 3 anak.
Bryan Burk (Producer)
Lulus dari USC School of Cinema. Ia memulai pekerjaannya di Televisi dengan bekerjasama dengan beberapa producer seperti Brad Weston di Columbia Pictures, Ned Tanen di Sony Pictures dan John Davis di Fox. Pada tahun 1995, Burk bergabung dengan Gerber Pictures mengembangkan serial James Dean.
Pada tahun 2001, Burk bergabung dengan J.J. Abrams di ABC untuk menggarap serial Alias, dan menjadi co-producer dalam lima musim pemutarannya Di tahun 2004, Burk dan Abrams membuat rumah produksi Bad Robot Productions di Touchstone Television dan menggarap serial Six Degrees, What About Brian dan Lost. Burk dan Abrams meneruskan kemitraan mereka di industri film layar lebar dengan memroduksi Cloverfield, Star Trek dan Morning Glory untuk Paramount Pictures.
Sumber : United International Pictures
P.S. I LOVE YOU
Pemain: Hilary Swank, Gerard Butler, Harry Connick Jr., Gina Gershon, Lisa Kudrow, Kathy Bates
Bulan Februari selalu penuh dengan hal-hal romantis. Hollywood pun tak mau ketinggalan dalam menyemarakkan event tersebut. Salah satunya adalah film berjudul P.S. I LOVE YOU yang juga turut meramaikan kisah cinta di bioskop-bioskop tanah air.
Film ini diadaptasi dari novel berjudul sama yang dikarang oleh Cecelia Ahern putri dari Bertie Ahern, Perdana Menteri Irlandia saat ini. Tokoh utama film ini dipercayakan pada peraih 2 Oscar, Hilary Swank, sebagai Holly, wanita yang ditinggal mati suami tercinta, Gerry (Gerard Butler).
Gerry yang berkebangsaan Irlandia adalah segalanya bagi Holly. Mereka bertemu saat Holly sedang ikut rombongan wisata kampus ke Irlandia. Pertemuan itu berlanjut ke pernikahan yang sangat bahagia. Sayang kebahagiaan mereka tidak seperti dongeng, yang berlangsung selamanya. Tumor otak yang diderita Gerry memisahkan mereka berdua.
Kepergian Gerry menjadi hal terberat yang harus diterima Holly. Dunia Holly seakan runtuh, belahan jiwanya telah pergi. Dia mengurung diri selama berminggu-minggu, menjadi sosok perempuan lemah, penyendiri, menyesali kehidupan dan tanpa aktivitas yang berguna, tak mengurus dirinya juga apartemennya.
Sampai pada hari ulang tahunnya yang ke-30. Hari itu, ibu (Kathy Bates) dan kedua sahabatnya, Denise (Lisa Kudrow) dan Sharon (Gina Gershon) mendatangi Holly yang berada dalam keadaan menyedihkan di apartemennya yang kotor.
Tak hanya ibu dan kedua sahabatnya, Gerry pun hadir. Tak lagi berwujud raga, Gerry hadir dalam bentuk tape recorder dan sebuah kue ulang tahun. Sebelum meninggal Gerry ternyata telah menyiapkan segalanya. Dari rekaman tersebut Gerry meminta Holly untuk keluar merayakan ulang tahunnya agar tidak murung terus. Gerry juga menyatakan akan menyurati Holly setiap bulannya. Surat-surat itu berisi 'tugas-tugas' dari Gerry yang harus dilakukan Holly.
Melalui surat-surat ini Gerry seperti membimbing Holly agar ia dapat lebih percaya diri dan membantunya untuk menata kembali kehidupannya. Dalam setiap akhir suratnya, Gerry selalu menyertakan: P.S I Love You. Dari sudut pandang Holly, kehadiran Gerry seperti benar-benar nyata tak hanya berwujud kata-kata.
Surat-surat Gerry juga mengantarkan Holly pada petualangan bersama kedua sahabatnya. Pengalaman menyentuh, menarik, memalukan menyertai perjalanan mereka. Tak hanya itu, perjalanan tersebut juga mengantarkan Holly pada kehidupan Gerry di Irlandia.
Perjalanan-perjalanan itu memberikan hikmah besar pada diri Holly. Dari sanalah Holly menemukan ulang arti tentang pernikahan, persahabatan, dan bagaimana cinta yang begitu kuat dapat mengubah kematian menjadi awal dari kehidupan yang baru.
Film garapan sutradara Richard LaGravenese ini berhasil membuat film yang seharusnya sedih menjadi lebih ringan dengan banyaknya selipan humor. Tak hanya itu, ia juga berhasil membuat penggambaran sempurna tentang keindahan alam Irlandia. Penggambaran karakter tokoh-tokohnya pun sangat kuat. Ditunjang pula dengan kemampuan akting kelas wahid para aktor/aktrisnya.
Yang paling berkesan adalah upaya Gerry (melalui surat-suratnya) untuk menyadarkan Holly bahwa sendirian atau bersama orang lain, setiap orang harus melanjutkan hidupnya. Apalagi Gerry melakukannya dengan cara yang elegan, tak memaksa ataupun menggurui. Hal ini pun bisa menjadi nasehat berharga bagi orang yang baru saja kehilangan atau berpisah dari orang yang dicintai. Film yang sangat sesuai pula ditonton oleh pasangan yang sedang dilanda masalah, untuk mengingatkan kembali kekuatan cinta yang dulu pernah menyatukan mereka.